ai-03703

ai-03703

Selasa, 25 Januari 2011

MATERI STUDY ISLAM RAMADHAN


BAB
THAHARAH

A.      Pengertian Thaharah
Thaharah adalah suatu pekerjaan yang menjadi salah satu syarat sahnya salat, seperti: menghilangkan najis, bercawi, wudhu, mandi, dan tayamum.
1.   Bersesuci dari hadats
Bersesuci dari hadats adalah dengan berwudhu, mandi, dan tayamum (sebagai ganti dari wudhu dan mandi)
2.       Bersesuci dari kotoran
Bersesuci dari kotoran adalah dengan beristinja (cewok), menghilangkan najis dari badan, pakaian, dan tempat.
B.      Alat Yang Dapat Dipakai Untuk Bersesuci
1.       Air                                 
2.       Debu
3.       Batu
4.       Samak
5.       Sabun
C.      Pembagian-pembagian Air
1.       Thahir Muthahir (suci mensucikan)
Adalah setiap apa saja yang turun dari langit atau yang  bersumber dari bumi yang belum terkena najis atau yang  belum dipergunakan atau dipakai, yaitu: air hujan, air sumur, air sungai, air laut, air salju (es), air embun, dan air sumber.
2.       Thahir Ghairu Muthahir (suci tidak mensucikan atau air musta’mal)
Adalah air suci yang sudah digunakan untuk menghapus hadats atau menghilangkan najis.
3.       Air Mutannajis (air yang terkena najis)
Adalah air yang sedikit (kurang dari 2 kulah) yang terkena najis.
BAB
NAJIS
A.      Macam-macam Najis
1.       Mugholazhoh (Najis Berat)
Najis mugholazoh adalah najis anjing dan babi, liur keduanya, keringat serta sesuatu yang keluar dari anjing dan babi atau dari salah satu keduanya walaupun bersama hewan yang suci.

Cara  mensucikan najis mugholazhoh, yaitu dengan cara dibasuh /disiram tempatnya sebanyak tujuh kali dengan air yang suci dan salah satunya dicampur dengan debu yang suci pula setelah hilang benda dan najisnya.

2.       Mutawasithoh (Najis Sedang)
Najis mutawasithoh terbagi 2, yaitu:
a.       Hukmiyah
Adalah najis yang tidak ada bentuk, rasa, dan warnanya seperti: kencingnya selain anak-anak yang telah kering dan tidak nampak sifat najis tersebut.

Cara mensuciknya, yaitu dengan cara dibasuh dengan air walaupun  hanya sekali basuh.

b.      ‘Ainiyah
Adalah najis yang nampak bentuk, rasa, warna, dan baunya, seperti: kotoran manusia, dan hewan, darah, nanah, muntah, benda yang memabukan, kencing, madzi, wadi’ serta bangkai, kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang.

Cara mensucikanya, yaitu dengan cara dibasuh tempatnya dengan air sampai hilang rasa, bau, dan warnaya.

3.       Mukhofafah (Najis Ringan)
Najis mukhofafah adalah kencingnya bayi laki-laki yang tidak makan apa-apa, kecuali air susu ibu dan tidak sampai pada umur 2 tahun.

Cara mensucikannya, yaitu dengan cara menyiram tempat yang terkena najis dengan air sampai  mengalir.

BAB
WUDHU
A.      Rukun Wudhu
1.    Niat
Niat merupakan perkara yang diucapkan oleh lisan, diyakini oleh hati/qolbu dengan tujuan memulai sesuatu pekerjaan atau perbuatan, baik bernilai kemaslahatan dan kemadharatan. Contoh niat
“saya berniat mau mencuri mangga tetangga”. Pada contoh ini berarti ucapan niat tersebut dikategorika kepada niat yang berujung kepada kemadharatan/kemaksiatan. Akan tetapi niat berwudhu menurut salah satu pendapat dimulai ketika air akan diguakan untuk membasuh muka atau akan mengenai muka, yaitu:

2.    Membasuh Muka
        Rukun wudhu yang kedua adalah membasuh muka/wajah. Definisi wajah dikutip dari kitab syarah sittin masalah adalah bagian muka dengan batas atas adalah kulit rambut (di atas dahi), batas bawah adalah bagian kulit di bawah dagu, sedangkan batas kiri dan kanan adalah pentil atau bagian terluar dari telinga manusia. Artinya seluruh bagian yang berada di wajah wajib hukumnya terbasuh air wudhu, jika tidak terbasuh maka wudhunya akan batal.

3.       Membasuh Kedua Tangan Sampai Siku
        Rukun wudhu yang ke tiga adalah membasuh kedua tangan sampai siku, ini berdasarkan nash Al-Qur’an
Kemudian untuk cara membasuhnya yaitu dengan cara mengalirkan dan meratakan air wudhu ke bagian tangan baik bagian luar dan bagian dalam sampai pada batas siku.

4.       Membasuh Sebagian Kepala
Rukun wudhu yang ke empat adalah membasuh/mengusap sebagian kepala berdasarkan nash Al-Qur’an
pada bagian ini yang diwajibkan untuk dibasuh adalah hanya sebagian kulit kepala saja, akan tetapi bila berkeinginan mencapai kesempurnaan, maka disunnahkan untuk membasahi seluruh bagian kulit kepala.
5.       Membasuh kedua kaki sampai pada  mata  kakinya.
Rukun wudhu yang ke lima adalah membasuh kedua kaki sampai pada mata kaki, nash Al Qur’an berbunyi

,caranya pada bagian ini adalah mengalirkan air wudhu ke bagian kaki sampai pada mata kaki, tetapi untuk mencapai kesempurnaan dan kehati-hatian (ihtithiyat) maka kita disunahkan untuk membasuh kedua kaki sampai lewat mata kaki.

6.       Tertib ( Beraturan)
Yang dimaksud dengan tertib adalah  beraturan, yaitu mengerjakan rukun wudhu dari urutan pertama sampai pada urutan terakhir.

B.      Syarat -syarat Wudhu
1.       Orang islam
2.       Mumayyiz
3.       Tidak ada penghalang yang dapat mencegah sampainya air kepada kulit (anggota wudhu), seperti: lilin, tipe-x, cutek, lemak dan sebagainya.
4.       Harus tidak berkeyakinan bahwa satu fardu dari sebagian fardu yang lain ialah sunah
5.       Air yang suci mensucikan.

C.      Sunah-sunah Wudhu
1.       Membaca basmalah
2.       Membasuh kedua telapak tangan
3.       Bersiwak (menyusur)
4.       Berkumur-kumur
5.       Menghirup air ke hidung  kemudian dikeluarkan
6.       Mengusah seluruh kepala
7.       Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalamnya.
8.       Menyela-nyela  janggut yang tebal
9.       Menyela-nyela kedua tangan dan kaki
10.   Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri
11.   Melakukan 3 kali-3 kali
12.   Berturut-turut
13.   Membaca do’a setelah wudhu

D.      Makruh-makruhnya Wudhu
1.       Berlebih-lebihan dalam menggunakan air
2.       Meminta bantuan kepada orang lain untuk berwudhu (kecuali karena udzur)
3.       Melebihi dari 3 kali basuhan
4.       Mengeringkan anggota wudhu

E.       Yang Membatalkan Wudhu
1.       Setiap sesuatu yang keluar dari dua jalan (qubul atau dubur)
2.       Hilang akal sebab mabuk, sakit gila, ayan, tidur yang tidak tetap pada tempat duduknya dari tanah/lantai
3.       Menyentuh kulit lawan jenis (laki-laki atau perempuan) yang bukan muhrinya dengan tanpa hijab (penghalang)
4.       Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan.

BAB
SALAT
A.      Penegertian Salat
1.       Menurut etimology  (bahasa), salat adalah do’a.
2.       Menurut terminology
(syara’), salat adalah suatu pekerjaan yang diawali dengan takbiratulihram dan diakhiri dengan salam.

B.      Syarat Sah Salat
1.       Suci dari hadats
2.       Suci pakaian dan tempat dari najis
3.       Menutup aurat (aurat laki-laki adalah diantara pusar dan lutut, sedangkan aurat wanita adalah seluruh badan (tubuh) kecuali wajah dan telapak tangan)
4.       Menghadap kiblat
5.       Masuk waktu salat

C.      Rukun Salat
1.       Berdiri bagi yang mampu berdiri untuk salat fardu
2.       Niat ketika takbiratul ihram
3.       Takbiratul ihram
4.       Mambaca al-fatihah
5.       Ruku’
6.       Thuma’ninah (berdiam sejenak) di dalam ruku’, I’tidal, sujud dan duduk diantara dua sujudan
7.       I’tidal
8.       Sujud
9.       Duduk diantara dua sujudan
10.   Duduk tasyahud akhir
11.   Membaca tasyahud akhir
12.   Membaca shalawat kepada nabi di dalam tasyahud akhir
13.   Tertib (berurutan)

D.      Yang Membatalkan Salat
1.       Berbicara dengan sengaja
2.       Bergerak tiga kali berturut-turut
3.       Makan atau minum
4.       Meninggalkan salah satu dari rukun salat

BAB
PUASA

A.      Pengertian Puasa
Puasa adalah mencegah atau menahan diri dari makan, minum, jima’ (bersetubuh), dan setiap apa saja yang membatalkan puasa sejak mulai terbitnya fajar sampai terbenamya matahari selama hari-hari dala bulan Ramadhan.

Yang wajib melaksanakan puasa adalah:
1.       Islam
2.       Baligh
3.       Berakal
4.       Mampu/kuat berpuasa
5.       Suci  dari haid dan nifas

B.      Fardu Puasa
1.    Berniat puasa setiap malam di bulam Ramadhan, adapun niatnya sebagai berikut:  
  
2.    Menahan diri dari apa-apa yang dapat membatalkan puasa.



C.      Yang Membatalkan Puasa
1.       Memasukkan sesuatu ke dalam lubang dengan sengaja
2.       Muntah dengan disengaja
3.       Haid
4.       Nifas
5.       Keluar mani (sperma) dengan sengaja
6.       Jima’ (bersetubuh)
7.       Murtad (keluar dari islam)
8.       Gila (hilang akal)


Bahan Rujukan:
1.       Kitab Al-Taqrib
2.       Kitab Fathul Mu’in
3.       Kitab Sittin Masalah
Penyusun : Ahmad Idris
                 Said Qosim


ان ٺعبد الله كأنك ترا٥ فإن لم تكن ترا٥ فإنه يراك روه : مسلم


LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESA

A.     Prestasi Siswa dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
1.    Pengertian
         Pengertian prestasi menurut kamus bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai, atau dilakukan (Muhamad Ali: 323), Sedangkan belajar adalah proses mengkaji sesuatu baik secara mandiri maupun dengan kelompok, belajar sering diartikan dengan memperlajari sesuatu untuk mencapai sesuatu (paham). Belajar sebagai usaha memecahkan problem (Ahmad Tafsir, 1995:29), atau belajar diartikan mengubah perilaku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengeri (Dede Rosyada, 2004: 92). Melihat definisi tersebut tentu dapat disimpulkan bahwa belajar pada intinya adalah menguasai materi ajar atau masalah yang sedang dibahas, kemudian dimengerti, dipahami agar lahir suatu keyakinan baik-buruk bisa-tidak bisa, salah-benar.
         Siswa adalah pelajar pada akademi (Muhamad Ali: 452), menurut para ahli siswa adalah peserta didik yang mendapatkan pengalaman, arahan, bimbingan, dan penilaian dari seorang guru dalam satuan pendidikan tertentu. Siswa adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya (abidun nata, 2005: 131).
         Hasil yang dicapai oleh siswa dalam suatu hal merupakan prestasi siswa, banyak hal yang dapat dikategorikan sebagai prestasi siswa dalam belajar. Namun secara garis besarnya pencapaian hasil yang maksimal secara akademik maupun non akademik yang memenuhi indicator pencapaian merupakan sebuah prestasi siswa, prestasi tersebut tidak hanya berbentuk penilaian secara riil dengan objektifitas yang menggunakan sistem angka didalamnya, ada juga penilaian prestasi siswa dengan menggunakan sistem pendekatan persuasif dan pengamatan secara mendalam khususnya dalam mata pelajaran PAI di sekolah umum dan Aqidah Akhlak di sekolah khusus.

2.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
         Kesulitan belajar yang kerap sering timbul dalam proses belajar mengajar tentu tidak lahir begitu saja ke permukaan, atau ada dengan sendirinya. Dengan merujuk pada deskripsi di atas bahwa kesulitan belajar adalah buah hasil dari proses yang tidak maksimal atau kesalahan dalam perencanaan belajar. Tentunya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a.    Faktor Internal
1)    Tingkat Kecerdasan dan Emosi
         Kecerdasan seseorang sangat berpengaruh dalam daya pikir dan daya serap terhadap materi ajar atau memahami sesuatu yang lain, karenanya kecerdasan (IQ) merupakan modal dasar seseorang atau siswa dalam belajar, selain itu kecerdasan (intelegensi quetion) juga menjadi daya pembeda dari setiap peserta didik yang melakukan aktivitas belajar. Kesulitan belajar terkadang ada karena peserta didik merasa kesulitan dalam memahami, menangkap, dan menjelaskan serta memaparkan materi yang disampaikan, peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata biasa akan lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, sebaliknya peserta didik yang keccerdasanya di bawah rata-rata menjadi peserta didik yang tertingal dikelasnya dan sulit menyesuaikan diri dengan keadaan semestinya. Factor lain selain IQ adalah EQ (emotional question) menurut ari ginanjar seorang pakar psikologi dan motivator mengatakan bahwa keberhasilan dan kesuksesan seseorang bukan hanya tergantung pada tingkat IQ nya yang tinggi melainkan seberapa besar ia bisa mengendalikan emosinya dalam menerima kenyataan dan memahami sesuatu. Emosional seseorang menjadikan setiap manusia memiliki cirri khas yang membedakan dengan yang lainya. Terkadang ada karakter seseorang yang genius pintar dalam segala hal tetapi tidak dapat mengendalikan emosinya akhirnya manusia tersebut menjadi asing dilingkunganya dan tidak mendapatkan pengakuan sekaligus penghargaan. Sebaliknya muncul karakter yang biasa tetapi mampu mengendalikan emosi bersikap dewasa, bijak, dan rendah hati sehingga manusia tersebut disegani dan mendapatkan pengakuan yang luar biasa serta penghargaan yang tinggi dari masyarakat. 
2)    Entering Behavior (Kesiapan Siswa)
         Faktor lain yang juga mendukung tehadap keberhasilan maupun kesulitan dalam belajar adalah sejauh mana kesiapan peserta didik dalam menerima materi atau bahan ajar yang akan disampaikan, entering behavior biasanya menjadi pertimbangan setiap guru yang akan menyampaikan materi ajar, peserta didik yang tidak siap atau setidak memiliki potensi maka akan mengalami kesulitan dalam menerima maupun memahami materi tersebut. Entering behavior menggambarkan tingkah laku yang harus dimiliki siswa sebelum ia memperoleh tingkah laku yang baru, atau gambaran tentang keadaan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam hubunganya dengan tujuan pembelajaran khusus (ahmad tafsir, 1995: 55). Hal-hal yang termasuk kedalam entering behavior adalah kejiwaan, kemandirian, kecerdasan, usia, daya serap, lingkungan, dan cara atau kebiasaan belajar peserta didik.
3)           Bakat dan Minat
         Bakat dan minat siswa menjadi pembeda dengan siswa lain  begitu juga terhadap prestasi atau keberhasilan peserta didik dalam belajar, terkadang dari setiap peserta didik seorang guru mendapatkan berbagai macam bentuk bakat dan minat dari peserta didiknya.
b.    Faktor Eksternal
1)    Metode mengajar, dan Penguasaan Bahan Ajar
         Setiap guru yang akan menyampaikan materi ajar tentunya akan menggunakan metode atau cara menyampaikanya, dalam hal ini kesesuaian atau kecocokan metode yang digunakan dengan bahan ajar akan berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri, dengan kata lain prestasi. Dalam pemilihan bahan ajar dan metode  mempertimbangkan kematangan peserta didik (Ahmad Tafsir, 1995:26). Dalam belajar mengajar tentunya juga penguasaan bahan ajar oleh guru dari teknik dan gaya yang digunakan dalam menyampaikan materi ajar akan mempengaruhi daya tangkap dan prestasi siswa. Konklusinya adalah bahwa prestasi siswa dalam belajar ditentukan oleh metode dan penguasaan  bahan ajar oleh guru.
2)    Lingkungan
         Faktor inilah yang terkesan spenangat berpengaruh dalam menentukan keberhasilan dan kesulitan dalam belajar, pengaruh yang diberikan lingkungan kepada peserta didik berimbas pada semua elemen kehidupanya, baik kepribadian, kebiasaan, cara bergaul, cara belajar, bahkan terhadap cara ia memandang suatu materi ajar. Peserta yang awalnya merupakan peserta didik yang berpretasi malah kemudian menajdi peserta yang sering melakukan menyimpangan terhadap perilaku yang semestinya ditunjukkan oleh orang yang berprestasi, kebiasaan mereka dilingkungan luar belajar mereka itu hampir 60% mempengaruhi kejiwaan dan cara pandangnya. Efek yang ditimbulkanya adalah peserta tersebut menjadi peserta abnormal selalu berbuat kesalahan dan penyimpangan. Karena faktor ini sulit untuk diteliti dan dihindari tergantung kepada individu peserta didik yang bersangkutan.
3)    Sarana dan Prasarana
         Faktor lain yang mempengaruhi prestasi siswa adalah ketersediaanya sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar-mengajar. Karena dalam standar nasional pendidikan salah satunya adalah standar sarana dan prasarana. Siswa akan lebih termotivasi dan tertantang manakala ia dalam belajar menggunakan alat (sarana) yang mendukung terhadap materi yang sedang dipelajari, begitu juga dengan guru sendiri akan memaksimalkan pembelajaranya dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang sesuai dengan materi ajar.

3.    Indikator Prestasi Siwa
         Mengenai indikator prestasi siswa dalam belajar dan mengimplementasikan pemahamanya di lapangan mencakup beberapa aspek diantaranya:
a.            Aspek Kognitif
            Aspek ini menitikberatkan pada penguasaan dan pemahaman materi dan pengaplikasianya dalam bentuk riil, hal yang biasa dimunculkan dalam aspek ini adalah pencapaian hasil yang maksimal terhadap beberapa tes atau soal yang diberikan sebagai alat atau media pengukuran pencapaian hasil belajar.
b.            Aspek Afektif
            Dalam ranah afektif kemunculan prestasi dilihat dan diamati dari bentuk pengamalan dan kebiasaan di lingkungan belajar dan di luar belajar. Aspek ini mengkonsentrasikan penilaianya dalam bentuk prilaku dan akhlak peserta didik sebagai jelmaan dari adanya pemahaman yang komprehensif terhadap materi ajar tertentu dan pola pikir secara umum dalam keseluruhan kehidupanya.
c.            Aspek Psikomotorik
            Pada aspek ini penilaian prestasi siswa dilihat dari bukti nyata melalui praktek secara langsung baik berupa simulasi maupun kenyataaan (fakta). Hal yang biasa menjadi titik penilaian adalah pembiasaan siswa terhadap praktek teori yang telah dipahami sebelumnya dengan kebiasaan mereka sebelum mendapatkan materi tersebut.
B.     Perilaku Siswa
1.    Definisi Perilaku
         Kata perilaku biasa juga disebut dengan kata “akhlak”, menurut kamus bahasa Indonesia padanan kata akhlak berarti “moral” dan “etika”. Sebagaimana dijelaskan oleh sudarsono dkk (1991:123) sebagai berikut:
            Kemampuan menggunakan istilah akhlak didalam bahasa Indonesia, juga dipakai perkataan moral dan etika istilah moral yang kita kenal berasal dari bahasa latin mores, yang artinya adalah adat kebiasaan, dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan arti susila. Moral mengandung arti praktis, ia merupakan ide-ide universal tentang  tindakan manusia yang baik dan wajar dalam masyarakat. Sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani, yakni ethos yang artinya kebiasaan

Ketika kita menggunakan istilah akhlak untuk menggambarkan perilaku atau watak, karakter dan tempramen, maka pengertian yang lain dalam bahasa arab adalah sebagai berikut:
            Istilah akhlak dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari kata khulu yang berarti budi pekerti, perangai. Definisi akhlak memiliki dimensi istilah dengan beberapa hubungan seperti istilah khulkun dan istilah maf’ul mahkluqun. Tentunya definisi akhlak memiliki dua segi pemakaian istilah, yakni segi vertical dan horizontal yang artinya penggunaan istilah akhlak berkaitan dengan adanya hubungran antara Khalik dengan  mahkluk atau hubungan makhluk dengan Khalik.
           
Akhlak bukan hanya memiliki makna perilaku atau watak semata, sebab perilaku atau watak hanya bersumber pada suatu filsafat atau moral atau etika. Kebenaran yang diperoleh bernilai relative artinya kebenaran tersebut tidak berlaku secara universal dan menyeluruh, akan tetapi jika kebenara tersebut bersumber dari agama (al-qur’an), maka kebenaran tersebut menjadi kebenaran qath’I dan menyeluruh. Bahwa definisi akhlak dalam al-qur’an adalah:
            Akhlak berarti sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatab dari manusia baik terhadap  allah maupun terhadap manusia, terhadap diri sendiri bahkan terhadap makhluk lainya seepanjang mengikuti petunjuk kitab suci al-qur’an dan sunnah rasul.

               Perilaku menurut kamus Bahasa Indonesia (1983:01) berarti:
            Sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain.

         Sedangkan perilaku atau kepribadian adalah adanya keteratuaran dan kesesuaian tingkah laku yang ditunjukkan seseorang di berbagai situasi (Neneng Tati Sumiati dkk, 2007:18). Dengan demikian kunci pokok dalam memahami pengertian kepribadian terletak pada adanya keteraturan dan kesesuaian tingkah laku di berbagai situasi.
         Hampir sama dengan pengertian di atas milon seorang ahli psikologi kepribadian juga menyatakan bahwa kepribadian adalah cerminan dari pola yang melekat dan meluas kedalam kognitif, afektif, dan sifat-sifat tingkah laku nyata yang bertahan dalam jangka waktu yang lama (Neneng Tati Sumiat dkk: ibid).
         Penggunaan istilah perilaku, karakter, dan tempramen dalam masyarakat terkadang memiliki arti yang sama. Definisi perilaku berkaitan dengan konsep tempramen maupun karakter. Dengan demikian definisi-definisi tentang tempramen dan karakter seringkali dipergunakan dengan maksud untuk menyampaikan arti tentang definisi perilaku.
         Sebagaiman diungkap sebelumnya bahwa perilaku adalah cerminan dari pola yang melekat dan meluas kedalam kognitif, afektif, dan sifat-sifat tingkah laku nyata yang bertahan dalam jangka waktu yang lama. Perilkau sendiri terbentuk dari saling interaksi antara factor biologis dan lingkungan. Pada sisi lain tempramen dipandang sebagai bentukan dari biologis. Setiap anal lahir ke dunia ini dengan kecenderungan pola respon yang berbeda, misalnya pada beberapa bayi terlahir denga siklus tidur, makan, buang air teratur sedangkan pada beberapa bayi lainya tidak menunjukkan adanya keteraturan. Dengan demikian tempramen sebagai fungsi dari biologis ketimbang factor lingkungan. Factor biologis tersebut sudahterwujud sebelum masa kelahiran. Factor-faktor biologis pembentuk tempramen antara lain; berkaitan dengan neurologis, endokrin, dan biokimia, factor biologis merupaka awal pembentukan perilaku.
         Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan pengertian perilaku adalah karakter. Karakter seringkali dipahami sebagai nilai-nilai dan atribut-atribut seseorang yang diberikan masyarakat dimana seseorang tinggal. Dengan pengertian lain karakter dipahami sebagai refleksi dari moral, etika yang ditunjukkan seseorang didalam masyarakat dimana ia tinggal. Karakter memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan tempramen tetapi lebih sempit dibandingkan dengan pengertian perilaku.
         Konklusi yang dapat diambil adalah dapat dikatakan bahwa tempramen dipandang sebagai materi biologis dimana perilaku terbentuk dan karakter dipandang sebagai bagian dari perilaku, yang lebih luas dibandingkan dengan tempramen tapi lebih sempit dibandingkan dengan perilaku.
2.    Proses Pembentukan Perilaku
         Tingkah laku dan sifat-sifat yang ada dalam perilaku/kepribadian seseorang memiliki sejarah masa lalu. Dengan kata lain perilaku seseorang yang terekspresi melalui tingkah laku hanya sebagai reaksi atas stimulus yang hadir saat tingkah laku muncul, melainkan juga yang dimiliki seseorang tidak hanya pengalaman-pengalaman yang didapat dari lingkungan social tetapi latar belakang biologis juga merupakan masa lalu yang dimilikinya. Dengan demikian untuk lebih memahami pengertian perilaku ada baiknya jika kita mengetahui tentang proses pembentukan perilaku itu sendiri.
         Setiap manusia yang terlahir biasanya memiliki ciri-ciri konstitusional yang membedakan antara manusia satu dengan manusia yang lainya, juga bagaimana manusia tersebut bereaksi dengan stimulus yang didapatnya terhadap lingkungan, kemungkinan yang mempengaruhi itu semua adalah pembawaan sejak lahir atau faktor biologis dan kondisi prenatal serta lingkungan.
         Selanjutnya semakin bertambahnya usia seseorang maka faktor lingkungan dimana anak tumbuh memainkan peran yang besar dalam perkembangan kepribadian dan tingkah lakunya. Lingkungan memberikan kesempatan belajar kepada anak sehingga perbedaan dalam tingkah laku yang pada awalnya banyak dipengaruhi kondisi biologis semakin lama juga dipengaruhi oleh pengalama-pengalaman belajar dari lingkungan.
         Ketika bereksi dengan lingkungan anak seringkali mencoba-coba berbagai macam tingkah laku. Tingkah laku tersebut seringkali bersifat “trial-error”, dengan kata lain anak belajar tingkah laku mana yang tepat dan mana yang tidak tepat berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Alhasil setiap anak akan mengerti akan tingkah laku yang ia lakukan apakah bernilai penghargaan dan kesenangan “reinforcement” atau mendatangkan hukuman dan ketidaksenangan (Neneng Tati Sumiat, 2007:24).
         Selanjutnya tingkah laku yang sering kali dilakukan oleh anak akan menimbulkan yang namanya kebiasaan dalan diri anak. Dalam perkembangan selanjutnya seseorang tidak hanya mengembangkan sati kebiasaan, dari berbagai kebiasaan yang dikembangkan anak maka terbentuk kumpulan kebiasaan. Kumpulan kebiasaan inilah yang biasa disebut dengan sifat. Proses yang terjadi selanjjutnya adalah terkristalisasi tingkah laku anak menjadi pola-pola tingkah laku di masa yang aka datang, pola tingkah laku yang dikembangkan anak cenderung bertahan lama dan sulit dihapuskan. Hal ini karena pola tingkah laku yang dikembangkan anak terbukti berhasil mendapatkan penguatan. Pola-pola tingkah laku out selanjutnya dipahami dengan pengertian perilaku (kepribadian).

3.    Macam-macam perilaku
a.        Perilaku Normal
            Setiap tingkah laku yang ditunjukkan seseorang akan dapat dikatakan normal atau sudah dikategorikan abnormal. Pernyataan tersebut merupakan masalah yang sering ditemui oleh ahli-ahli profesi yang bergerak dalam dunia kesehatan mental. Kemampuan untuk dapat membedakan dan menentukan tingkah laku mana yang masih dapat dikatakan normal dan mana yang sudah dikategorikan abnormal merupakan suatu tuntutan yang mutlak diperlukan karena dari kemampuan ini, setiap permasalahan yand timbul dapat segera ditangani dengan solusi yang tepat dengan mengambil langkah-langkah selanjutnya.
            Menurut Theodore millon (neneng tati sumiati, 2007: 30) mengatakan bahwa individu dapat dikatakan normal dan sehat harus ditunjukkan dengan:
1.    Kemampuan untuk mengatasi lingkung dengan cara yang fleksibel dan adaptif
2.    Mempersepsi diri dan lingkungan dengan cara yang konstruktif
3.    Pola-pola tingkah laku nyata yang konsisten dan cenderung menghasilkan sesuatu yang menyehatkan.
b.     Perilaku Abnormal
            Perilaku abnormal menurut kriteria statistik ditentukan jika tingkah laku menyimpang dari norma yang diterima maupun diharapkan. kriteria statistik hanya memperhitungkan analisis kuantitatif. Misalnya skor IQ dikatakan normal jika mencapai skor 100. Angka yang menyimpang dari rentang normal dikatan abnormal. Dengan demikian skor IQ 60 dan IQ 140 dikatakan menyimpang dari norma. Perhitungan statistic dalam pengumpulan datanya mengandalkan observasi terhadap tingkah laku yang dapat diukur.
            Berbeda dengan pandangan kuantitatif dalam menjelaskan kesehatan mental, maka saat melakukan analisis kualitatif, kesehatan mental yang normal dipandang sebagai adanya kapasitas yang berfungsi secara otonom dan kompeten, suatu kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan social secara efektif, adanya perasaan puas dengan dirinya sendiri, dan kemampuan untuk mengaktualisasikan diri atau kemampuan untuk mewujudkan potensinya. Sedangkan abnormal dipandang sebagai berkurangnya kualitas-kualitas yang telah disebutkan tadi. Dengan demikian dalam memandang tingkah laku abnormal, pendekatan kualitatif lebih menekankan kualitas-kualitas psikologis yang perlu dimiliki seseorang agar dapat dikatakan normal. Sebaliknya individu dikatakan abnormal dan tidak sehat ditunjukkan dengan:
1.    Upaya megatasi tanggung jawab dan hubungan sehari-hari dengan tingkah laku maladaptif dan bersifat kaku
2.    Menyalahkan diri dan lingkungan
3.    Pola-pola tingkah lakunya menunjukkan sesuatu yang tidak sehat.
4.   Faktor yang mempengaruhi perilaku
a.    Faktor Biologis
Banyak ahli psikologi yang mengkaji tingkah laku abnormal sependapat bahwa faktor biologis-herediter memainkan peran dalam perekembangan kepribadian manusia beserta gangguan-gangguanya. Banyak penelitian yang mengungakapkan bahwa kondisi-kondisi psikopatologis seperti depresi, skizofrenia, pemikiran obsesif dan gangguan-gangguan yang berkaitran dengan stress diketahui memiliki dasar genetik.
b.    Faktor Pranatal
Milon menyatakan bahwa perkembangan perilaku juga dipengaruhi oleh kondisi kehamilan, gizi, dan kesehatan ibu. Sebagai bukti misalnya kafein yang dikonsumsi ibu akan mensimulasi system syaraf pusat janin sehingga akan mempengaruhi perkembangan system syaraf  janin itu sendiri.
c.    Faktor Lingkungan
      Belajar dipahami sebagai pemeroleh berbagai respon kognitif, afektif, dan tingkah laku nyata organism yang sebelumnya tidak dimiliki. Oleh karenanya respon tersebut merupakan perwujudan dari perilaku seseorang maka kita harus memahami cara reso-respon tersebut terbentuk. Selain itu, factor lingkungan member peran yang cukup besar terhadap pembentukan perilaku seseorang. Manusia yang terbiasa dilingkungan pedesaan akan berbeda dengan manusia yang biasa hidup dilingkungan perkotaan, mengenai adat istiadat, kebudayaan dan kebiasaan akan berdampak pada pembentukan perilaku seseorang dalam menjalani kehidupanya.
C.     Aqidah Akhlak
1.    Pengertian
         Aqidah akhlak adalah mata pelajaran yang merupakan sub bagian dari PAI yang menitik beratkan kajiannya pada ketauhidan seseorang dalam menyembah Allah (Depag:2009).
Aqidah berasar dari kata ‘Aqdun yang artinya pertalian, berdasarkan pengetian menurut bahasa tersebut bahwa aqidah diartikan sebagai tali. Jadi pegangan umat islam dalam memegang aqidahnya kepada Allah SWT.
2.    Ruang lingkup aqidah akhlak
Ruag lingkup dari aqidah akhlak diantaranya sebagai berkut:
a.    Iman, islam, dan ihsan
1)    Iman
a)    Pengertian
            Iman secara bahasa berarti tasdiq (pembenaran), sedangkan menurut istilah syar’I adalah suatu ungkapan tentang pembenaran secara khusus, yaitu membenarkan apa-apa yang terdapat dalam rukun iman.
ان تومن بالله وﻤﻼ ٮكته وكتبه ورسله واليوم اﻻخر وتٶمن بالقدر خيره وشر ( روه : مسلم )                                          
b)    Dimensi Iman
            Melihat keterangan di atas bahwa iman memiliki dimensi; iman kepada Allah, kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari kiamat dan kepada takdir-Nya yang baik dan yang buruk
2)    Islam
a)    Pengertian
            Islam secara bahasa berserah diri, tunduk dan patuh, sedangkan menurut istilah suatu ungkapan tentang pelaksanaan beberapa kewajiban yang bermakna ketundukan untuk melaksanakan amal dhahir.
اﻻﺴﻼم انتشهد انﻻإله اﻻالله وان محمد رسول الله وتقيم اﻠﺼﻼه وتٶتى الزكاه وتصوم رمضان و تحخ البيت ان استطعت إليه ﺴﺒﯦﻼ  ( روه : مسلم )                                               
b)      Rukun islam
Dari hadits di atas islam mencaku lima hal yaitu:
1)    Bersyahadat dengan dua klaimat syahadat
2)    Menegakkan shalat
3)    Menunaikan zakat
4)    Berpuasa
5)    Melaksanakan ibadah haji jika mampu
3)    Ihsan
a)                    Pengertian
            Ihsan adalah ikhlas dan penuh perhatian. Artinya sepenuhnya ikhlas beribadah keapada Allah dengan penuh perhatian seakan-akan melihat Allah
ان ٺعبد الله كأنك ترا٥ فإن لم تكن ترا٥ فإنه يراك (روه : مسلم)                          
b)                    Makna Ihsan
            Makna ihsan adalah kita harus benar-benar ikhlas, khusuk dan tunduk hanya kepada Allah. Kesungguhan dakam ibadah inilah yang melahirkan  keikhlasan dan senantiasa pengawasan Allah.
b.                    Sifat-sifat Allah SWT
            Sifat-sifat Allah adalah sifat-sifat yang dimiliki Allah berhubungan dengan dzat Allah.
1)    Sifat wajib bagi Allah
2)    Sifat mustahi bagi Allah
3)    Sifat jaiz bagi Allah
c.                    Akhlak Terpuji
            Akhlak terpuji adalah perbuatan atau sikap yang mencerminkan manusia beriman kepada Allah seperti; ikhlas, taat, khauf, dan taubat. Akhlak merupakan bagian dari dinul islam, pelaksanaanya tidak dapat dipisahkan dari syari’at maupun aqidah. Dengan berakhlak yang mulia seseorang mudah menjalani pergaulan dalam masyarakat karena dikenal oleh orang-orang yang pernah berhubungan denganya.
d.                    Akhlak Tercela
            Akhlak tercela merupakan lawan dari akhlak terpuji seperti; sombong, kikir, iri hati, dank eras kepala. Kemunculan akhlak tercela dalam diri manusia akan membuat diri manusia tersebut sulit diterima di masyarakat sehingga dalam bergaul pun manusia tersebut kurang diterima.
3.    Tujuan Aqidah Akhlak
a.    Untuk mengetahaui mana petunjuk yang benar dan yang salah
b.    Agar tidak tersesat di jalan Allah
D.     Kerangka Berfikir
     Kerangka berpikir merupakan asumsi-asumsi atau anggapan dasar dalam suatu penelitian yang terlahir dari buah hasil pemikiran dan penalaran peneliti terhadap teori-teori para ahli mengenai masalah yang sedang diteliti (Arikunto, 1997:58).
     Proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik bertujuan merubah sesuatu yang awalnya tidak benar menjadi benar, sesuatu yang tabu menjadi jelas dan sesuatu yang buruk menjadi baik. Karenanya belajar dikatakan sebagai suatu rantaian langkah yang dilakukan secara terstruktur baik secara individu maupun kelompok, baik yang terlegalkan dengan adanya legitimasi hukum yang jelas sampai pada sesuatu yang tidak legal atau sifatnya latahan. Pembelajaran suatu disiplin ilmu pengetahuan diberbagai lembaga pendidikan tentunya memiliki berbagai ragam tujuan dan caranya sendiri, misalnya pembelajaran berhitung di jenjang sekolah dasar memiliki tujuan agar peserta didik dapat mengenal berbagai macam angka, cara mengoperasikanya, dan mengambil hikmah dari proses pembelajaran tersebut yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Begitu juga dengan pembelajaran Pendidikan agama islam di sekolah baik jenjang SD maupun jenjang lainya bertujuan agar setiap peserta didik yang mengikuti atau melakukan pembelajaran terhadap materi tersebut bisa menjadi manusia atau hamba tuhan yang maha esa yang senantiasa beribadah menjalankan perintah allah dan menjauhi segala larangnya.
     Terfokus pada pembelajaran Aqidah akhlak yang merupakan disiplin ilmu yang memiliki tujuan agar setiap peserta didik yang mengikuti proses belajar dapat mengeti dan memahami ketauhidan yang benar-benar hakiki dengan jalan beraqidah yang benar berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, beribadah sesuai dengan aturan syar’I dan bertingkah laku sesuai dengan implementasi yang seharusnya muncul sebagai bukti relevansi keimanan dan ketakwaan dengan akhlak sehari-hari.
     Keseharusan dan relevansi tersebutlah yang kemudian menimbulkan kontradiksi anatara teori yang sebenarnya dan seharusnya dengan keadaan nyata di kehidupan sehari-hari. Peserta didik yang memiliki tingkat penguasaan tinggi dan mendalam terhadap materi aqidah akhlak tentunya akan berimplikasi pada munculnya karakter manusia yang selalu memegang tali agama islam, berakhlak mulia dan jauh dari hal-hal yang berbau dan mengundang kemaksiatan. Akan tetapi, pernyataan tersebut tidak selamanya menjadi keseharusan dan kenyataan banyak fenomena kontradiksi antara pemahaman yang tinggi dan mendalam ternyata hanya merupakan buah hasil penilaian secara riil, objek dengan menggunakan system penilaian angka kredit atau berkonsentrasi hanya pada aspek kognitifnya saja. Hal ini yang kemudian terkesan mengenyampingkan aspek afektif dan psikomotornya, aspek psikomotor yang merupakan bukti perwujudan dari pemahaman terhadap substansi materi ternyata tidak relevan dan sejalan dengan aspek afektif. Seseorang tidak bisa dikatakan taat beribadah kalau kemidian yang bersangkutan masih menganiaya sesame makhluk ciptaan tuhan, atau seseorang tidak bisa dipandang menguasai substansi dari aqidah islam jika penyataan tersebut hanya dibuktikan dari nilai angka krdit saja yang besar tetapi juga harus dibuktikan dari akhlaknya.
     Dasar-dasar pemikiran di atas yang dikemukakan dapat kita pahami bahwa perilaku dan kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh seberapa besar ia memperoleh pendidikan akhlak dalam kehidupanya. Hubungan antara prestasi siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak dengan perilaku sehari-hari dapat digambarkan dalam skema berikut:

E.     Hipotesa Penelitian
     Hipotesa merupakan jawaban sementara atas pertanyaan/pernyataan yang diajukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Menurut pendapat Arikunto hipotesa adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (1997:64).
     Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa karena sifatnya yang sementara, maka terdapat dua kemungkinan terhadap hipotesa yang diberikan, yaitu diterima atau sebaliknya. Oleh karena itu Arikunto menegaskan bahwa: ada dua macam hipotesa, yiatu hipotesa kerja yang disebut hipotesa alternatif dan hipotesa nol yang disebut hipotesa statis (1996: 66).
     Dengan demikian dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
Ha
: terdapat hubungan positif antara Prestasi Siswa dalam Mata   Pelajaran Aqidah Akhlak Hubunganya dengan Perilaku Sehari-hari.
Ho
: tidak terdapata hubungan positif antara Prestasi Siswa dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Hubunganya dengan Perilaku Sehari-hari